Sambungan dari Nasibah 1...
Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nasibah. Mendengar berita kematian itu, Nasibah meremang bulu romanya.
“Hai utusan,” ujarnya, “Kausaksikan sendiri aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”
Sang utusan mengerutkan keningnya. “Tapi engkau perempuan, ya Ibu….”
Nasibah tersinggung,
“Engkau meremehkan aku karena aku perempuan? Apakah perempuan tidak ingin juga masuk surga melalui jihad?”
Nasibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas saja menghadap Rasulullah dengan kuda yang ada. Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nasibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum.
“Nasibah yang dimuliakan Allah. Belum waktunya perempuan mengangkat senjata. Untuk sementra engkau kumpulkan saja ubat-ubatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”
Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nasibah pun segera mengumpul ubat-ubatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur. Dirawatnya mereka yang luka-luka dengan cermat.
Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terenjis darah di rambutnya.Kepala seorang tentara Islam terkehel dilibas senjata orang kafir. Timbul kemarahan Nasibah menyaksikan kekejaman ini. Apalagi waktu dilihatnya Nabi terjatuh dari kudanya selepas hampir-hampir ditusuk anak panah musuh, Nasibah tidak mampu menahan diri lagi. Nasibah bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang tersungkur itu. Dinaiki kudanya. Lantas bagai singa betina, dia mengamuk. Musuh banyak yang cuba menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun melayang. Hingga pada suatu waktu seorang kafir mengendap dari belakang, dan melibas sehingga putus lengan kirinya. Ia terjatuh terinjak-injak.
Peperangan terus saja berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga Nasibah sendirian. Ibnu Mas’ud menunggang kudanya, mengawasi kalau-kalau ada korban yang boleh ditolongnya. Ibnu Mas’ud melihat seseorang sedang bergerak-gerak dengan payah, segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu. Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya,
“Isteri Saidkah engkau?” Nasibah samar-sama memperhatikan penolongnya.
Lalu bertanya,
“bagaimana dengan Rasulullah? Selamatkah beliau?”
“Beliau tidak kurang suatu apapun…”
“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan? Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku…..”
“Engkau masih luka parah, Nasibah….”
“Engkau mau menghalangi aku membela Rasulullah?”
Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nasibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke pertempuran. Banyak musuh yang ditewaskan. Namun, karena tangannya sudah kudung, akhirnya tentera kuffar mengambil kesempatan melibas kepalanya sehingga putus.Gugurlah perempuan itu di atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya. Tiba-tiba langit berubah hitam mendung. Padahal tadinya cerah terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak.
Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya,
“Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan? Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nasibah, wanita yang perkasa."
,
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Kisah Teladan - Nasibah (Bahagian 2)"
Post a Comment